Warga Jakarta Diharapkan Punya Dua Tempat Sampah di Setiap Rumah

oleh -
Puluhan peserta Abang-None mengikuti kegiatan memungut sampah di kawasan Pulau Untung Jawa di Kepulauan Seribu pada Sabtu (16/11/2024). (ist)

JAKARTAPEDIA.co.id – Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menyarankan agar masyarakat memiliki minimal dua tempat sampah di setiap rumah sebagai langkah awal mengelola sampah dari rumah tangga guna mengurangi timbulan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Bantargebang.

“Sekarang kita mulai dari awal menghasilkan sampah harus pilah dulu. Jadi, kalau bisa di rumah itu jangan hanya satu tempat sampahnya, tapi minimal dua, organik dan anorganik,” kata Pembina di Pusat Pengembangan Generasi Lingkungan Hidup Kementerian Lingkungan Hidup Dadang Kusbiantoro dalam acara Jakarta Eco Future Fest (JEFF) 2025 di Jakarta Selatan, Jumat (26/9/2025).

Keberadaan dua tempat sampah itu menjadi bagian dari Gerakan Pilah Sampah (GPS) yang digagas oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan diharapkan dapat diterapkan oleh masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, termasuk DKI Jakarta.

“Ketika nanti dari rumah itu kemudian satu RW, satu kelurahan bisa perbanyak, maka akan mengurangi sampah yang akan sampai ke TPA,” ujar Dadang.

Pihaknya pun mengajak ibu-ibu dari Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), camat, lurah hingga sekolah sebagai garda terdepan aksi memilah sampah dari sumbernya itu. Mereka dinilai dapat menjadi percontohan nasional dalam pengelolaan sampah dari rumah tangga.

Di Jakarta Utara, misalnya, sudah dikukuhkan 460 kader Gerakan Pilah Sampah (GPS) yang merupakan anggota PKK tingkat RW dari 31 kelurahan di wilayah Jakarta Utara.

Seperti diketahui, pengolahan sampah dari rumah, salah satunya dilakukan karena setengah timbulan sampah di Jakarta berasal dari rumah tangga. Total timbulan sampah per hari dari warga Jakarta mencapai 8.600 ton.

Oleh karena itu, kata Dadang, apabila sampah organik dipilah sejak awal, maka dapat menjadi kompos atau diolah dengan Black Soldier Fly (BSF).

Sementara untuk sampah anorganik, sambung dia, saat ini sudah bisa disalurkan kepada bank sampah, yang kemudian didaur ulang atau dimanfaatkan di fasilitas pengolahan sampah Refuse-Derived Fuel/RDF) Plant Rorotan, Jakarta Utara.

“Banyak juga yang kreatif. Sampah anorganik pasti ada nilai tambah yang bisa kita dapatkan,” jelas Dadang. (ist/ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *